SEJARAH
AGAMA KHONGHUCU
Saya akan memberitahukan sedikit tentang sejarah
agama khonghucu.
Agama khonghucu yang lebih tepatnya di sebut ru
jiao sudah ada di dunia ini 3000 tahun sebelum nabi khongcu lahir ke dunia. Ru
jiao (儒 教). Huruf Ru (儒) berasal dari kata (亻-人) ‘ren’ (orang) dan (需) ‘xu’ (perlu) sehingga berarti ‘yang diperlukan
orang’, sedangkan ‘Ru’ sendiri bermakna
- 柔 Rou – lembut hati, halus budi-pekerti, penuh susila,..
- 优 Yu – Yang utama, mengutama perbuatan baik, lebih baik,..
- 和 He – Harmonis, Selaras,..
- 濡 Ru – Menyiram dengan kebajikan, bersuci diri,..
‘Jiao 教
berasal dari kata ‘xiao’孝 (berbakti) dan 文 ‘wen’ (sastra, ajaran). Jadi ‘jiao’
berarti ajaran/sastra untuk berbakti; =agama. Maka Ru jiao adalah ajaran/agama
untuk berbakti bagi kaum lembut budi pekerti yang mengutamakan perbuatan baik,
selaras dan berkebajikan. Ru jiao ada jauh sebelum Sang Nabi Kongzi lahir.
Dimulailah dengan (2952 – 2836 SM), sejarah
Nabi-Nabi suci Fuxi Shen-nong (2838 – 2698 SM), Huang-di (2698 – 2596 SM), Yao
(2357 – 2255 SM), Shun (2255 – 2205 SM), Da-yu (2205 – 2197 SM), Shang-tang
(1766 – 1122 SM),Wen, Wu Zhou-gong (1122 – 255 SM), sampai Nabi Agung Kongzi
(551 – 479 SM) dan Mengzi (371 – 289 SM). Para nabi inilah peletak Ru jiao.
Sedangkan Nabi Kongzi adalah penerus, pembaharu dan penyempurna. Maka Ru jiao
juga disebut Kong jiao.
Para raja dan rakyat harus menjalankan upacara agama
dan menjunjung tinggi moralitas seperti yang diajarkan oleh para luhur raja.
Nabi Khongcu lahir pada tahun 551 SM. Ia ditugaskan oleh Tuhan untuk menata
kembali tata upacara agama Ru Jiao dan mengajarkan kepada raja dan rakyat
Tiongkok tentang spiritual dan moral agar rakyat Tiongkok hidup lebih sejahtera
dan damai. Pada waktu itu di Tiongkok terjadi perpecahan yang menjadikan negeri
Tiongkok kacau balau. Para kepala daerah ingin menjadi raja, mereka saling
berperang berebut wilayah. Zaman itu disebut zaman Chun Qiu ( Musim Semi dan
Musim Gugur).
Nabi Khongcu mendirikan sekolah yang menampung murid
sebanyak 3000 orang. Setelah para murid itu pandai banyak yang mendirikan
sekolah meneruskan ajaran Nabi Khongcu. Namun, ada juga murid yang mendirikan
sekolah dengan aliran lain. Pada waktu itu muncul aliran yang bermacam-macam di
Tiongkok, bakan ada aliran yang bertentangan dengan ajaran Nabi, antara lain
aliran Mohist yang didirikan oleh Mo Zi.
Dua tokoh besar yang meneruskan ajaran Rujiao yaitu
Meng Zi atau Mencius (371-289 SM) dan Xun Zi (326-233 SM). Kedua tokoh ini
memang mengajarkan ajaran Rujiao dari Kong Zi, namun mereka mempunyai perbedaan
pendapat dalam beberapa hal karena mereka hidup dalam situasi negara Tiongkok
yang berbeda. Meng Zi hidup pada saat awal kekacauan muncul, sedangkan Xun Zi
lahir saat kekacauan itu sudah memuncak.
Meng Zi
mengajarkan: manusia akan hidup bahagia apabila negara makmur dan sejahtera,
untuk itu manusia harus melaksanakan Perintah Tuhan, yaitu menjalani hidup
lurus, jujur, dan tidak serakah. Kekacauan terjadi dalam masyarakat karena
banyak orang tidak menjalankan hidup sesuai Perintah Tuhan. Ajaran Meng Zi
lebih mengarah kepada ajaran agama, kekuatan iman sangat diperhatikan. Meng Zi
menyakini bahwa watak dasar manusia itu baik.
Xun Zi mengajarkan
bahwa manusia bisa hidup bahagia apabila negaranya kuat dan kaya. Untuk
mewujudkan negara yang kuat dan kaya perlu dibuat undang-undang yang
berlandaskan cinta kasih dan keadilan, dan ditentukan sistem kemasyarakatan
yang jelas. Rakyat perlu dididik untuk hidup sesuai dengan sistem
kemasyarakatan yang ada. Ajaran Xun Zi lebih mengarah kepada ajaran Filsafat
Konfusianisme. Xun Zi tidak yakin bahwa watak dasar manusia itu baik,
maka dia menyarakan adanya penegakan hukum yang serius agar rakyat hidup lurus
dan benar.
Ajaran kedua tokoh
ini telah memperkuat posisi ajaran Rujiao sebagai agama, pandangan hidup,
sistem filsafat bagi masyarakat Tionghoa. Sejak awal dinasti Han, ajaran Rujiao
juga diserap oleh bangsa Jepang, bangsa Korea, dan bangsa Vietnam sampai dengan
sekarang. Bangsa-bangsa tersebut menyerap ajaran Rujiao menurut keperluan
mereka. Di Jepang untuk keperluan pemerintahan mereka mengambil ajaran Xun Zi,
untuk keperluan rakyat banyak digunakan ajaran Meng Zi. Di Korea, ajaran Meng
Zi lebih banyak diambil dari pada ajaran Xun Zi. Di Vietnam, ajaran Xun Zi
lebih banyak dimanfaatkan dari pada ajaran Meng Zi. Di Tiongkok sekarang, untuk
pemerintahan lebih banyak diambil ajaran Xun Zi, namun rakyat lebih banyak
mengenal ajaran Meng Zi.
Pada xaman dinasti
Han (206 SM) Agama Khongcu atau Ru Jiao ditetapkan sebagai agama negara, dan
semua pejabat negara harus lulus ujian negara dengan materi ujian ajaran Ru
Jiao, yang bersumber dari Kitab Klasik, kitab ini ditulis berdasarkan ajaran
Nabi Khongcu oleh para murid-Nya. Namun pada waktu itu banyak orang dengan
aliran lain mengaku sebagai pembawa ajaran Khongcu, tujuannya supaya diterima
sebagai pejabat.
Pada tahun 97 M,
diadakan seminar di Gua Macan Putih (nama sebuah gedung di Istana), untuk
menetapkan ajaran Nabi Khongcu yang asli dan dipisahkan dari ajaran Khongcu
yang palsu. Pemisahahan ini mempunyai dampak positip, tetapi juga mempunyai
dampak negatif. Dampak positifnya ajaran Nabi Khongcu yang murni sudah
ditetapkan. Dampak negatifnya, banyak buku tulisan pemikir Rujiao yang ikut
tersingkirkan atau tidak diakui sebagai ajaran Rujiao. Perlu dijelaskan di sini
bahwa pada zaman itu terjadi pepecahan antara Kelompok teks baru dan teks lama.
Tampaknya yang menentukan putusan dalam seminar itu dari kelompok teks baru.
Tulisan Yang Xiong ( kelompok teks lama) yang berjudul Tai Xuan Jing (Kitab
Rahasia Besar) tidak dimasukkan dalam ajaran Rujiao. Tulisan Yang Xiong justru
dimanfaatkan oleh agama Tao sebagai kitab yang amat penting.
Semula agama
Konghucu adalah untuk semua rakyat Tiongkok atau bangsa Tionghoa, ajaran agama
Khonghucu itu diajarkan melalui sekolah dan para orang tua. Lembaga agamanya
adalah negara itu sendiri. Setiap raja yang naik tahta wajib membuat rumah
ibadah Khonghucu (Bio atau Miao atau kelenteng) sebanyak tujuh buah, setiap
gubernur lima buah, dan residen tiga buah.
Pada akhir dinasti
Han (210 M) di Tiongkok muncul agama Tao. Agama Tao ini mengambil berbagai
unsur, a.l. ajaran Taoisme, kitab Yi Jing, kitab Tai Xuan Jing, ilmu Kedewataan
Tiongkok kuno, dan konsep Reinkarnasi. Agama Tao ini bukan agama negara, mereka
lebih bebas menyebarkan ajarannya dengan mendirikan tempat ibadah yang lebih
kecil. Perhatian mereka adalah pada ajaran spititual dan ritual, termasuk ilmu
magis dan mistik. Mereka mempunyai pendeta yang menyucikan diri dari urusan
duniawi. Umat mereka khusus, yaitu yang mempelajari ajaran dari pendeta mereka,
bukan di sekolah seperti agama Khonghucu.
Agama Khonghucu
pada waktu itu juga mempunyai lembaga khusus yang mempelajari agama, tetapi
tidak banyak jumlahnya. Para muridnya setelah lulus juga mengikuti ujian
menjadi pejabat negara. Kedudukan agama Khonghucu yang sangat istimewa di
Tiongkok saat itu telah menjadikan tokoh agama Khonghucu lupa membina umatnya
secara intensif, mereka kurang menekankan pada ajaran spiritual, tetapi lebih
menekankan pada pengabdian masyarakat.
Pada abad V, agama
Buddha Mahayana mulai berkembang di Tiongkok, akibatnya terjadi persaingan
dalam memperebutkan umat dengan agama Tao. Persaingan itu berlanjut menjadi
konflik fisik yang melibatkan para pengikutnya. Kaisar dinasti Tang saat itu
melerai konflik dengan menyatukan tigs lembaga agama menjadi San Jiao atau Tiga
Agama (di Indonesia disebut Tri Darma). Sejak itu di Tiongkok tidak ada konflik
umat beragama, karena mereka mempunyai tempat ibadah yang sama. Masing-masing
umat mempelajari ajaran agamanya sendiri dan tetap rukun dengan umat lain.
Tentang konsep Tri
Darma ini masih ada perbedaan pendapat antara pengikutnya, yaitu ada yang
memahami Tri Darma sebagai koalisi, ada yang memahaminya sebagai sinkritisme.
Menurut kami, kedua pendapat itu terserah masing-masing. Biarkanlah
masing-masing pengikut Tri Darma memilih caranya sendiri untuk konsep itu.
Dengan adanya Tri
Darma tidak berarti agama Khonghucu, agama Tao, dan agama Buddha Mahayana
Tiongkok melebur menjadi satu. Masing-masing agama masih berdiri
sendiri-sendiri, namun mereka mengakui bahwa ada sebagian umat mereka
merupakan umat bersama yang perlu dibina bersama. Untuk itu, rohaniwan
Khonghucu mendapat kesempatan untuk menguraikan ajaran agama Khonghucu di
kelenteng atau Tempat Ibadah Tri Darma (TITD), di samping di tempat Ibadah
Untuk agama Khonghucu ( Khongcu Bio)
Hari-hari besar
agama Khonghucu dirayakan bersama di TITD maupun di Khongcu Bio, dan juga di
rumah-rumah penduduk. Tangal satu bulan satu tahun Imlek (yin li) adalah hari
Besar agama Khonghucu ( termasuk Tri Darma). Pada hari-hari menjelang tanggal
satu sampai dengan tanggal 15 bulan satu dilakukan berbagai kegiatan upacar
keagamaan. Namun, masih banyak orang Tionghoa yang sudah tidak memeluk agama
Khonghucu atau Tri Darma masih merayakan hari Sin Tjia itu sebagai tradisi
menyambut musim semi (sayangnya di Indonesia tidak ada musim semi). Hal itu
adalah hak mereka untuk merayakan hari itu sebagai apa yang dipahaminya, namun
jangan mengatakan bahwa hari Tahun Baru Imlek itu bukan hari besar agama. Bagi
mereka bukan hari besar agama, tetapi bagi umat Khonghcu dan umat Tri Darma
adalah hari besar agama.
Bagi umat
Khonghucu dan Tri Darma, kue kranjang adalah kue yang dipersembahkan kepada
Tuhan pada awal tahun, kue Bulan ( Tiong Ciu Pia) pada pertengangahan bulan
delapan, wedang ronde pada hari Tangcik (22Desember), dan kuecang bakcang
untuk sembahyang tanggal lima bulan lima Imlik. Apakah orang tidak boleh makan
ronde atau bakcang pada hari biasa? Tentu boleh, namun bukan untuk upacara suci,
hanya sebagai makanan biasa.
Sumbangan ajaran
Rujiao, dari Kong Zi, Meng Zi, dan Xun Zi yang dapat dimanfaatkan oleh umat
agama Khonghucu antara lain sebagai berikut.
1.
Manusia lahir ke dunia ini untuk melaksanakan tugas dari Tuhan, yaitu membangun
dunia ini lebih baik agar manusia generasi yang akan datang bisa hidup lebih
nyaman dan sejahtera. Untuk itu generasi tua harus mendidik generasi muda
dengan bekal keimanan, moralitas, keahlian, dan keberanian untuk menghadapi
kehidupan.
2.
Manusia harus membina diri agar semua potensi yang telah diberikan oleh Tuhan
kepada masing-masing orang dapat dikembangkan dan diwujudkan menjadi keahlian
yang berguna bagi orang lain, masyarakat, dan negara.
3.
Stiap umat Khonghucu harus memberikan karyanya yang terbaik kepada bangsa dan
negara di mana dia dilahirkan.
Wujud awal
dari keimanan manusia adalah bakti kepada orang tua. Keluarga adalah tempat
dimulainya perjalanan hidup manusia, oleh karena itu setiap manusia harus
menyiapkan diri untuk memiliki kekuarga yang sejahtera dan bahagia.
sumber:
http://matakin.or.id/page.php?page=sejarah-agama-khonghucu
http://www.gentanusantara.com/?p=53
sumber:
http://matakin.or.id/page.php?page=sejarah-agama-khonghucu
http://www.gentanusantara.com/?p=53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar