Rabu, 30 April 2014

RESENSI


 
Kritik Sosial Lewat Humor


Judul buku               : Kiai Sableng, Santri Gendeng; Jenaka Tak Sekadar Tawa
Penujlis                     : Awang Surya
Penerbit                    : Ersa, Jakarta
Cetakan                    : I, 2012
Tebal                        : 207 Halaman
ISBN                        : 978-602-18332-1-6
Harga                       : Rp. 34.500,-


Banyak hal yang kita lewati dalam hidup. Baik perkara yang menyenangkan maupun tidak. Dari yang lewat begitu saja sampai pada perkara yang membutuhkan penyelesaian secara serius.itulah problematika hidup dan kehidupan.

Terkadang hidup ini berada di atas, memiliki jabatan memiliki harta melimpah, merasa senang, dan sebagainya. Sebaliknya, kita juga bisa berada dalam kondisi di bawah; menjadi bawahan, menjadi rakyat biasa, Semua itu tidak akan bermakna jika kita tidak memikirkan proses itu dengan baik. Namun, salah satu cara paling mudah untuk menghadapi itu semua adalah dengan tersenyum.




Kiai Sableng, Santri Gendeng hadir dengan membawa cerita jenaka. Awang Surya menyuguhkan cerita tentang permasalahan yang kita hadapi sehari-hari. Keahliannya dalam membuat dengan alur cerita yang ringan menjadi kelebihan tersendiri.

Terdapat 20 cerita yang ditawarkan penulisnya dalam karyanya yang satu ini. Selain bermuatan humor, ceritanya juga bernuansa religius. Alurnya akan membawa kita pada pemikiran epistemologis yang tak terjangkau menjadi lebih membumi. Karena cerita-cerita yang ditampilkan mampu menyeret kita pada pertanyaan-pertanyaan mengenai hidup dan kehidupan.

Kiai Sableng yang dimaksud dalam karya ini adalah bernama Abdul Halim. Biasanya masyarakat menyapanya dengan “Cak Dul”.

Adapun penggunaan kata Sableng di sini bukan berkonotasi negatif. Melainkan untuk menggambarkan sosok Cak Dul yang trendi, gaul dan humoris serta agamis.

Sosok itu menjadikan orang-orang tertawa lepas saat meminta nasihat kepadanya. Seolah masalahnya hilang bersamaan dengan hal tersebut.
Kiai ini dikisahkan memiliki sikap yang egaliter. Sehingga membuat masyarakat dari berbagai kalangan datang bertanya kepadanya. Di setiap dakwahnya Cak Dul selalu ditemani santri (murid) setianya bernama Sukirno.

Salah satu tema yang menarik untuk disimak adalah mengenai rasa optimis. Awang Surnya mengajak pembaca untuk memikirkan ulang tentang perasaan dan pikiran-pikiran negatif. Jauhkan rasa pesimis, takut salah minder, dan sebagainya sebelum melakukannya.
Ternyata, kita sering takut mencoba sesuatu itu disebabkan oleh ketidaktahuan. Misalnya, banyak sarjana yang takut berwirausaha dan lebih memilih melamar kerja hanya karena takut bangkrut (halaman 34). Padahal, Islam menjamin pintu rizki berwirausaha itu lebih besar dibanding pekerjaan yang lainnya.

Awang Surya juga menyoroti masalah toleransi. Menurutnya, kalaulah keseragaman itu membawa kebaikan, pastilah Tuhan akan menyeragamkan ciptaannya. Kenyataannya Tuhan menciptakan manusia beda kalmin, beda bangsa, dan beda suku (halaman 51).
Namun, watak manusia ingin menang sendiri dan selalu melihat dari sudut pandangnya sendiri. Akibatnya, ketika ada pendapat yang berbeda langsung memberikan justifikasi.
Misalnya, hanya karena mengenakan celana yang tidak semode dengannya, sekelompok orang memberikam label “bukan umat Rasul”. Hanya karena tidak memelihara janggut, segera saja mereka diklasifikasikan inkar sunnah. Hanya karena perbedaan dalam masalah pelafalan redaksi shalawat, mereka memasukkan para pelakunya sebaga ahli bid’ah (halaman 56).

Canda dan tawa memang tidak dilarang dalam Islam. Bahkan, Rasulallah saw pernah berguyon. Saat itu ada seorang nenek bertanya kepada beliau. Nenek tua renta itu bertanya kepada Rasulallah, apakah dirinya akan masuk surga? Rasulallah menjawab, tidak, karena di surga tidak ada nenek. Nenek itu pun menangis tersendu-sendu. Lalu Rasulallah menjelaskan bahwa saat orang tua renta masuk surga akan menjadi muda belia kembali.

Berdasarkan kisah di atas, Rasulallah mengajarkan humor, bercanda, dan hal serupa boleh saja. Asalkan itu sebagai sebuah kebenaran. Bukan candaan atau laawakan yang dibuat-buat. Bahkan, cenderung menjadi lawakan yang minus hikmah.

Buku yang memiliki gaya bahasa keseharian, sehingga mudah dipahami dan enak dibaca. Pesan-pesan yang terkandung di dalamnya pun tidak terkesan menggurui. Kita akan dibuat tersenyum dengan cerita-cerita dalam buku ini. Tetapi juga kadang tanpa terasa serasa menyindir kehidupan kita yang melenceng dari norma-norma.

Sindiran dalam buku ini menyadarkan kepekaan sosial kita. Masalah yang diangkat pun berada disekeliling kita. Penulisnya hendak memberikan motivasi kepada para pembacanya bahwa persoalan-persoalan yang cukup serius pun bisa disikapi dengan senyum, atau bahkan tertawa, tanpa harus mengernyitkan dahi.

Kita disadarkan dengan cerita-cerita yang penuh hikmah. Pesan inspiratif dapat kita temukan dalam setiap cerita dalam buku ini. Menariknya cerita itu dibungkus dengan humor. Karena setiap ulasan cerita disertakan dalil-dalil agama, baik yang diambil dari al-Quran dan hadis maupun dari kaidahushul al-fiqh.

sumber: http://belajar-resensibuku.blogspot.com/2014/03/kritik-sosial-lewat-humor.html

METODE ILMIAH

Pengertian Metode Ilmiah
            Metode Ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam ataupun fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar.

Tujuan Mempelajari Metode Ilmiah
            Dalam mempelajari metode ilmiah terdapat tujuan khusus yang ingin kita capai, diantaranya:

Karangan Ilmiah


A.  KARANGAN ILMIAH
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan di tulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Dapat juga diartikan sebagai tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu. Disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggung jawabkan kebenaran atau keilmiahannya. Karangan ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Ø  Objektif, keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, dan tidak dimanipulasi.
Ø  Netral, kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok.
Ø  Sistematis, uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya.
Ø  Logis, kelogisan ini bisa di lihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif.
Ø  Menyajikan fakta, bukan emosi atau perasaan.
Ø  Tidak pleonatis, maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya atau tidak berbelit-belit.
Ø  Menggunakan ragam bahasa formal.

B.  KARANGAN ILMIAH POPULER
Karangan ilmiah popular adalah pengetahuan ilmiah yang disajikan dengan tampilan format dan bahasa yang lebih enak di baca dan mudah dipahami, fakta yang disajikan harus tetap objektif dan dijiwai dengan kebenaran dan metode berfikir yang keilmuan. Karangan non ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Ø  Secara bahan menyajikan fakta objektif, bisa juga fiktif.
Ø  Secara penyajian, menggunakan bahasa yang cermat, tidak selalu formal tetapi tetap taat asas, di susun secara sistematis, tidak memuat hipotesis.
Ø  Sikap penulis, tidak memancing pertanyaan yang meragukan perasaan pembac agar seolah-olah mereka menghindari sendiri.
Ø  Simpulan, membiarkan fakta berbicara sendiri, sekalipun didahului dengan membimbing dan mendorong pembacanya untuk berpikir aplikasinya.
Ø  Sasaran masyarakat umum atau awam.
Ø  Menggunakan kata-kata sederhana, mudah didentifikasi dan dipahami.
Ø  Tidak memuat hipotesis.
Ø  Isi dan judul harus informative dan mudah di tangkap maksudnya.
Ø  Karangan ilmiah popular di susun seperti kerucut terbalik.
Ø  Menggunakan bahasa yang komunikatif.

C.  KARANGAN NON ILMIAH
Karangan non ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Bersifat subjektif, tidak di dukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa di gunakan (tidak formal). Karangan non ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Ø  Emotif, kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
Ø  Persuasif, penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
Ø  Deksriptif, pendapat pribadi, sebagian imajinatif, dan subjektif.
Ø  Kritik tanpa dukungan buktinya

Sumber : http://demirantiwijaya.blogspot.com/2014/04/karangan-ilmiah.html